Tanya:
Saya
sedang bingung memilih pria mana yang lebih cocok dijadikan suami. Saya sangat
mencintai pacar saya, tapi kami berdua punya sifat dan cara berpikir yang
bertolak belakang. Banyak juga sifatnya yang tidak saya suka, terutama sifatnya
yang egois dan hidupnya yang semaunya sendiri, tidak tertata. Saya ragu dia
bisa jadi pemimpin rumah tangga yang baik.
Sementara
ada satu pria lagi yang mengajak saya menikah. Dia orangnya mapan, agamanya
baik, pola pikirnya nyambung dengan saya, anaknya dewasa dan bertanggung jawab,
tapi saya tidak ada perasaan apa-apa dengan dia. Hanya suka sebatas teman. Yang
mana yang harus saya pilih? Haruskah mengikuti hati tapi otak melawan, atau
mengikuti logika tapi hati tak merasa?
Leny,
26 tahun
Jawab:
Hai
Leny,
Memutuskan
menikah janganlah pada saat jatuh cinta, tapi pada saat sedang cinta. Bedanya
ada pada penggunaan logika.
Pada
saat jatuh cinta (biasanya dalam 6 bulan pertama pacaran) logika seperti
lumpuh, segala sesuatu terlihat indah, bahkan berbagai kekurangan pasangan
malah terlihat lucu dan menggemaskan. Setelah masa itu selesai, cinta yang ada
mulai bisa diajak bicara dengan logika, sehingga penilaian akan sebuah hubungan
bisa lebih rasional. Barulah niatan untuk memutuskan sebuah pernikahan bisa
diambil dengan segala pertimbangan.
Agak
unik saya membaca penilaian Leny terhadap pacar. Punya sifat dan cara berpikir
bertolak belakang, banyak sifat yang tidak disuka, dan ragu dia bisa jadi
pemimpin rumah tangga. Kira-kira apa yang dimilikinya sampai Leny bisa sangat
cinta dan ingin menikah dengannya ya? Pertanyaan ini bisa dijawab dengan logika
dalam hati yang tenang penuh cinta. Bukan hanya cinta pada sang pacar, tapi
juga cinta pada diri sendiri, keluarga, dan masa depan yang akan dihabiskan
bersamanya.
Di
sisi lain ada pria yang mapan, beragama baik, nyambung pikirannya, dewasa, dan
bertanggung jawab. Pertanyaan saya sama, apa yang membuat Leny tidak ada rasa
dengannya ya? Apapun jawabannya, pernikahan memang tidak seharusnya dipaksakan.
Karena
pernikahan tanpa cinta akan membuat hati tersiksa dalam kebersamaan yang tidak
diinginkan.
Siapapun
yang akan Leny pilih (walau mungkin bukan keduanya), janganlah terburu-buru.
Biarkan cinta bicara dengan logika. Tidak seseru saat jatuh cinta memang.
Tapi
dalam hidup terkadang tidak seru itu perlu.
Terima
kasih sudah berbagi,
Stay
In Love
@HilbramDunar
Pembawa
acara TV dan Radio
Penulis
buku “Plastic Heaven – bukan cinta jika tak meneteskan airmata, karena sedih
luar biasa atau bahagia tak terhingga”
Dikutip
dari: detikhealth
Tidak ada komentar:
Write comments