Rabu, 02 Mei 2012

Kisah Inspiratif & Menggugah Jiwa Soichiro Honda : “Lihat Kegagalan Saya”

 


Pengalaman adalah guru yang paling brutal dan kejam. Mari kita alihkan pandangan kita sejenak ke jalanan. Pasti mata kita akan terlintas kata “Honda”. Honda, dengan berbagai merek kendaraan, baik kendaran roda empat maupun roda dua merupakan raja jalanan yang selalu menyesakki padatnya jalanan. Meski demikian, mungkin jarang dari kita yang tahu bagaimanakah kisah sang pendiri Honda yang selalu diliputi dengan kegagalan.

 
Adalah Soichiro Honda, bapak otomotif yang tidak pernah menyandang gelar insinyur atau professor dan juga bukan siswa yang memiliki otak cemerlang. Semasa sekolah, ia tidak mau di depan, ia selalu menjauh dari pandangan gurunya. “Nilaiku jelek di sekolah. Tapi saya tidak bersedih karena dunia saya di sekitar mesin, motor dan sepeda”, tutur pria yang telah meninggal dunia di usia 84 tahun karena penyakit liver.

Saat merintis karirnya, Soichiro selalu diikuti kegagalan –jatuh sakit, kehabisan uang dan drop out dari kuliah. Namun ia tak berhenti bermimpi. Kecintaannya pada mesin adalah warisan dari ayahnya yang pernah membuka bengkel reparasi di Shizuko, Jepang, tempat kelahirannya. Di bengkel ayahnya itulah, Soichiro banyak menghabiskan waktunya bersama mesin- mesin. Di usia 8 tahun, Soichiro rela mengayuh sepeda sejauh 8 mil hanya untuk menyaksikan pesawat terbang.

Kecintaan Soichiro pada mesin tidak sia- sia. Saat berusia 12 tahun, Soichiro menciptakan sebuah sepeda pencal dengan model rem kaki. Meski demikian, itu tak membuatya bermimpi menjadi seorang usahawan otomotif. Ia sadar berasal dari keluarga miskin. Di usia 15 tahun, ia bekerja untuk Hart Shokai Company. Bosnya, Saka Kibara, sangat terkesan dengan cara kerjanya yang teliti dan cekatan soal mesin. Setiap suara mencurigakan atau setetes oli yang bocor tak luput dari pengawasannya. Di usia 21 tahun, Soichiro menerima tawaran bosnya untuk memimpin sebuah kantor cabang di Hamamatsu. Disini pekerjaannya semakin membaik. Ia selalu menerima reparasi yang ditolak oleh bengkel lain. Kerjanya cepat dan tidak kenal waktu.Otaknya bekerja dengan cerdas, cepat dan kreatif.

Ketika di zaman itu, jari- jari mobil masih terbuat dari kayu sehingga tidak kuat meredam goncangan, Soichiro meluncurkan gagasan untuk menggantikan ruji- ruji itu dengan logam. Luar biasa, ruji- rujinya laku keras dan diekspor di seluruh dunia. Di usia 30 tahun, ia menandatangani hak paten pertamanya dan memutuskan untuk membuat usaha bengkel sendiri. Pada tahun 1938, ia menciptakan Ring Piston yang kemudian ditolak oleh Toyota karena dianggap tidak memenuhi standar –tidak lentur dan tidak laku dijual. Teman- temannya sempat menyesalkan dirinya keluar dari bengkel. Soichiro jatuh sakit cukup serius. Setelah dua bulan, kesehatannya pulih. Sambil memimpin bengkel, ia memutuskan untuk kuliah permesinan untuk menambah pengetahuannya tentang mesin. Pulang dari kuliah siang hari, ia langsung mempraktekkan ilmunya di bengkel miliknya. Dua tahun kuiah, ia di-drop out karena jarang kuliah. “Saya merasa sekarat, karena ketika lapar tidak diberi makan, melainkan dijejali penjelasan bertele- tele tentang hukum makanan dan pengaruhnya”, ujar Soichiro pada rektornya. Ia menjelaskan bahwa maksudnya kuliah adalah mencari pengetahuan, bukan ijasah. Penjelasan ini dianggap penghinaan oleh rektornya.

Berkat kerja kerasnya akhirnya desain Ring Piston yang telah ia perbaiki diterima oleh Toyota. Ia kemudian mendirikan pabrik. Malangnya, niat itu kandas karena di saat itu ia tak memperoleh bantuan dana karena Jepang kalah perang. Ia pun akhirnya meminta sokongan teman- temannya untuk mendirikan pabrik. Musibah kembali datang, semasa perang, pabriknya terbakar dua kali. Ia masih tidak menyerah!! Ia memerintahkan karyawannya untuk mengambil sisa kaleng bensol yang dibuang oleh pasukan Amerika Serikat sebagai bahan untuk mendirikan pabrik. Namun sekali lagi, gempa bumi menghancurkan pabriknya kembali. Tidak ada pilihan lain, Soichiro menjual pabrik ring piston-nya pada Toyota. Setelah ini ia sempat mencoba berbagai macam usaha, namun semua gagal.

Pada 1947, perekonomian Jepang porak- poranda karena perang. Soichiro pun menjual mobilnya untuk membeli makan untuk keluarganya. Dalam situasi sulit ini, ia memasang motor kecil pada sepedanya. Ternyata ide “sepeda motor” yang merupakan cikal bakal mobil Honda ini diminati oleh banyak orang dan laris manis. Dari sini, Soichiro kemudian mendirikan pabrik motor dan kesuksean tak pernah lepas lagi dari tangannya.

Soichiro mengatakan, janganlah melihat keberhasilan dalam menggeluti bidang otomotif, tapi lihatlah kegagalan yang dialaminya. “Orang melihat kesuksesan saya hanya satu persen, tapi mereka tidak melihat 99% kegagalan saya”. Ia memberikan petuah ketika Anda mengalami kegagalan, yaitu teruslah bermimpi, mimpikanlah mimpi baru dan berusahalah mengubahnya jadi kenyataan. Siapapun Anda, dari manapun Anda, Anda dapat sukses jika tak pernah berhenti untuk percaya dan berusaha. Berhentilah putus asa, karena itu tak memperbaiki keadaan, mari mulai bermimpi dan mengubah nasib.

Berikut lima resep keberhasilan Soichiro Honda :
1. Selalu berambisi dan berjiwa muda
2. Hargailah teori yang sehat, selalu temukan gagasan baru
3. Cintailah pekerjaan Anda
4. Carilah irama kerja yang lancer dan harmonis
5. Selalu ingat pentingnya penelitian dan kerja sama


Tidak ada komentar:
Write comments